Sore
itu angin berhembus dengan santai nya menyejukkan hati dua insan yang sedang
duduk di bawah pohon yang damai. Mereka dekat, tanpa suara, tanpa kata, hanya
memandang ke arah barat menemani matahari yang hendak beristirahat. Hati mereka
tahu selain mereka dunia tak boleh tahu kedekatan mereka. Bagi dunia ada yang
salah dengan kedekatan itu, dan masih terlalu dini bagi mereka mengambil risiko
itu. Sudah setiap tanggal 15 pada tiap bulan mereka menikmati senja di pohon
besar tepi danau yang mereka sebut sebagai “Pohon Penanda”. Tentunya karena
tidak mau ambil sedikit pun risiko, bahkan inisial nama mereka pun tidak diukir
di kulit pohon yang sudah beberapa waktu ini menjadi teman mereka menjelang
hari gelap. Terkadang matahari itu tidak terlihat saat terbenam karena ditutupi
awan, dan sesekali justru hujan yang menemani mereka dibawah pohon yang
melindungi mereka. Yang paling menyenangkan bagi mereka adalah senyuman walau
tanpa kata.
Hampir
setahun ini mereka sudah menjalani beberapa sore bersama-sama. Dan uniknya,
dunia masih bisa dikelabui oleh mereka. Teman, sahabat bahkan saudara mereka
tidak ada yang mengetahuinya. Tanggal 15 bulan ini akan menjadi kencan bisu
mereka yang ke 12. Masing-masing mereka ternyata ingin memberi kejutan pada
yang mereka sayangi. Tentunya mereka mencari hadiah itu sendiri-sendiri. Si
wanita berjalan ke area pertokoan yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya.
Sementara si pria mencari hadiah ke tempat yang lebih jauh dengan mengendarai
motor nya. Perjalanan mencari hadiah berjalan dengan lancar, hanya saja pada
saat mereka ingin kembali pulang, dunia sepertinya benar-benar tidak mendukung
karena merasa dibutakan oleh bisunya mereka berdua. Sang wanita mengalami
kecelakaan karena ditabrak lari oleh sebuah mobil, dia terluka parah terutama
pada bagian kepala. Nyawanya masih tertolong walau ingatannya tidak bisa
dikembalikan. Berbeda dengan sang pria yang nyawanya tak tertolong.
Masing-masing keluarga merasa bingung mengapa pada tangan sang pria ada sebuah boneka
dan ada jam tangan pria di tangan si wanita. Tak ada yang bisa memberitahu,
bahkan si wanita pun tidak tahu apa-apa lagi. Tragis bagi sang pria, boneka
yang seharusnya diberikan sebagai hadiah pada sang wanita, kini ikut
menemaninya dalam istirahatnya yang terakhir. Jam tangan yang sebelumnya
dipegang sang wanita kini hany disimpan oleh keluarganya dan dia sendiri pun
tidak tahu lagi jam tangan itu untuk siapa atau untuk apa.
Dua
bulan berlalu, pohon yang menjadi saksi cinta hening mereka berdua mulai merasa
kesepian, hanya bisa berbisik kepada angin mencari tahu apa yang sudah terjadi.
Wanita itu sudah menjalani kehidupannya kembali seperti biasa, keluarganya
hanya mengembalikan ingatan atas apa yang mereka alami. Dan itu membuat sang
wanita tidak tahu mengenai cintanya yang kini telah tiada. Suatu ketika saat
keluarga besar sang wanita mengadakan jiarah ke makam nenek nya, dia melihat
ada sebuah makam sederhana, dan ternyata orang yang ada didalam makam tersebut
masih sangat muda, tidak begitu jauh beda umurnya dengan sang wanita. Wanita
itu hanya kasihan, mengapa ada orang yang bisa meninggal pada usia muda seperti
itu. Hatinya tidak merespon lebih daripada itu. Kemudian mereka pun pulang, dan
sepanjang perjalanan wanita itu memang tidak merasa apa-apa. Ingatan mengenai
apa yang pernah terjadi benar-benar terkubur. Cinta yang dulu pernah ada antara
dia dan sang pria kini sudah hilang, tidak hanya hilang. Cinta itu seolah-olah
tidak pernah ada sebelumnya…..ya (tak) pernah ada cinta…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.