Welcome and Have fun ^__^

semoga isi di blog saya yang sederhana ini bisa bermanfaat buat para pengunjung..Maaf kalau ada kata yang salah ya.... Selamat menikmati... :)

Minggu, 20 November 2011

Malaikat yang pincang.

Kelahiran seorang anak, apalagi anak pertama adalah hal yang sangat menggembirakan untuk setiap pasangan suami istri. Namun untuk pasangan suami istri ini, kabar gembira itu menyisakan sedikit cerita kelam saat anak yang mereka nantikan kelahirannya akan tumbuh dalam ketidaksempurnaan yang membuatnya tidak bisa berjalan. Si pria yang dalam kesedihannya harus menguatkan istrinya yang seakan tidak mau menerima kenyataan itu.  Tak lama setelah mereka berbicara yang tak jarang diselingi tangisan, mereka tetap berusaha untuk menjadi orang tua terbaik yang mereka bisa.
        Hari-hari berlalu sampai gadis kecil mereka tumbuh dan berkembang seperti anak lainnya. Hanya saja, masih belum bisa berdiri apalagi berjalan. Walau demikian, si anak ingin ikut anak-anak lainnya yang sering dilihatnya tertawa saat bermain dan belajar di taman kanak-kanak. Tak mudah memang bagi pasangan itu untuk mendapat persetujuan dari pengelola taman kanak-kanak yang terbilang cukup mewah di kota itu. Walau akhirnya bisa dengan catatan salah satu dari orang tuanya harus selalu menemani anak itu disana. Suatu hari saat jam pelajaran selesai, terdengar seorang anak lain yang berkata pada orang tua nya. “Bu, aku ingin naik di kursi roda seperti temanku itu. Sepertinya menyenangkan sekali.” Sambil menunjuk pada arah anak yang sedang didorong oleh ibunya tersebut. “Jangan nak,” tiba-tiba ucap ibu anak itu. “Itu untuk orang cacat.” “Cacat itu apa bu?” Tanya anaknya lagi. “Cacat itu ya penyakitan, jadinya tidak bisa berbuat apa-apa.” “Aku ga mau sakit bu kalo begitu.” Jawab anaknya seraya pergi. Tak terasa air mata ibunya langsung mengalir sambil melihat putri kecilnya yang belum mengerti yang tetap memainkan boneka kesukaannya.
        Seperti biasa, sebelum tidur ibunya membacakan cerita kepada anaknya. “Malaikat itu ada ya bu?” Tanya anaknya dengan polos karena ibunya baru saja membacakan cerita tentang malaikat yang baik. “Tentu ada nak,tapi kita tidak bisa melihatnya.” “Kenapa bu?” “Karena mereka sangat cepat dan bisa terbang.” “Balas ibunya seadanya. “Menyenangkan sekali dong ya bu kalau jadi malaikat. Aku bisa tidak ya bu menjadi malaikat?”tanyanya lagi. “Tentu saja kalau kamu jadi anak yang baik.” Jawab ibunya dan kemudian anaknya pun tertidur.
        Sembilan tahun adalah waktu yang cukup panjang dan membutuhkan banyak pengorbanan dari kedua orang tua ini. Pertanyaan anaknya yang dulu sering ditanyakan anaknya mengenai mengapa dia tidak bisa berjalan pun kini sudah jarang terdengar. Mungkin dia sudah mengerti alasannya. Orang tua yang sudah sangat terbiasa dengan kondisi ini mulai menemukan kebahagiaan dan kesenangan dari kepolosan anak mereka yang lucu itu. Mereka sangat bersyukur mempunyai anak yang sangat peduli terhadap sesamanya dan bahkan suatu kali ada seseorang yang ingin meninggalkan seekor anak anjing di jalanan. Anak itu meminta ayahnya untuk mengantarnya dan meminta ijin pada orang yang ingin membuang anak anjing itu agar anak itu saja yang memelihara anak anjing tersebut. “Akan sangat melelahkan nak kalau kamu merawat anjing cacat seperti ini.” Ayahnya sedikit terkejut mendengar itu. Namun anaknya berkata “Tidak apa-apa kok pak, saya juga cacat, jadi kami bisa jadi teman bermain yang cocok.” Sambil tetap tersenyum.
        Suatu waktu diadakan pementasan drama di sekolah si anak ini. Dia sangat ingin sekali ikut dan mendapatkan peran sebagai seorang malaikat. Entah karena iba atau ingin sesuatu yang berbeda. Pihak sekolah pun mengijinkannya. Saat dia tampil di panggung, tidak sedikit orang yang ingin menahan tawa sambil berkata satu dengan yang lain karena belum pernah melihat “malaikat yang pincang” seperti itu. Orang tuanya sudah terbiasa dengan itu, walau rasa sedih tetap saja melukai hati mereka. Sepulang dari acara tersebut, anak itu tak habis-habisnya bercerita tentang kegembiraannya karena dia bisa menjadi malaikat.
        Sejak itu dia semakin gemar untuk berbuat baik. Saat melihat seorang gelandangan di pinggir jalan, dia meminta ayahnya untuk membelikan makanan dan dia sendiri yang memberikannya kepada gelandangan itu. Dan masih banyak lagi kebaikan yang sering dilakukannya dalam kekurangannya itu. Kabar gembira pun mendatangi pasangan suami istri itu, bukan tentang kabar kesembuhan anak mereka. Tetapi mereka akan mempunyai malaikat kecil lagi yang akan menemani keluarga itu. Seorang anak lelaki yang sangat lucu yang sehat. Sedikit namun sangat terasa ketika perhatian pasangan itu tertuju pada anak yang baru lahir itu.
        Hanya beberapa bulan sejak itu. Mereka akan merayakan Natal. Anak pertama itu sudah membuat beberapa kotak kecil yang ditempeli tulisan “Ayah”, “Ibu” dan “Adikku tersayang”. Karena ingin saling menukar hadiah, maka kedua orangtuanya beserta adiknya pergi untuk mencari kado natal.
        Namun, di saat mereka pergi. Rumah tetangga mereka terbakar akibat dari hubungan arus pendek. Dan angin yang cukup kencang membuat api itu dengan cepat menjalar ke rumah yang kini sedang didiami oleh seorang anak kecil yang cacat. Sesaat setelah menerima kabar buruk tersebut, kedua orang tua itu langsung bergegas pulang. Rumah mereka belum terbakar sepenuhnya, namun kepulan asap sudah sangat banyak di rumah itu. “Anak ibu sudah dirawat tim medis.” Kata seorang petugas pemadam yang kemudian membuat mereka sedikit tenang dan langsung menemui putri mereka.  Dalam kesesakan nafasnya karena menghirup asap yang terlalu banyak, dia masih berusaha mengucapkan selamat natal buat orang tuanya yang diselingi batuk yang cukup keras. “Bertahanlah nak,” isak ibunya yang menggenggam tangan anaknya dengan sangat erat. “Ibu….Uhhukk..uhhukkk….A…aa..kuu..Uuhhukk..uhhukk. Ma…sihhh…bi…saa…ja…di malaikat kan?”. “Iya nak, yang penting kamu tetap bertahan ya.” “Bu…tolong ceritain lagi tentang malaikat dong.” Sambil menangis ibunya tetap bercerita di dalam ambulans menuju rumah sakit.
        Tapi itu adalah cerita terakhir ibu itu kepada anaknya. Putri kecil mereka tidak cukup kuat setelah menghirup asap yang sangat banyak. Dalam tidur panjangnya dia tetap tersenyum dan kotak-kotak kecil yang menjadi kado natalnya telah diberikan sebelumnya walau ada bekas terbakar di kotak itu.
        Isi dari ketiga kotak itu ternyata adalah tulisan-tulisan yang dibuatnya untuk orang tua dan adiknya. Untuk ayahnya, dia mengucapkan terima kasih karena tidak pernah menolak apa yang diminta oleh anaknya. Dia pun ingin meniru ayahnya yang selalu berbuat baik. Untuk ibunya, dia juga berterimakasih karena tidak pernah menyerah merawatnya. Dan dalam tulisannya gadis kecil itu berharap agar bisa menjadi malaikat yang sebenarnya yang walaupun tidak terlihat oleh ayah dan ibunya, tapi dia bisa menjaga mereka. Dan untuk adiknya, dia hanya menuliskan agar adiknya tumbuh menjadi anak baik agar bisa menyenangkan hati ayah ibunya terlebih karena adiknya itu tidak cacat.
        Dalam kesedihan akan kehilangan gadis kecilnya, si ibu sering menatap langit dan berkata “Nak, aku yakin sekarang kamu sudah jadi malaikat yang sesungguhnya. Bukan lagi malaikat yang pincang seperti kata orang-orang.”
Sekian

image from mobile9.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.